Apa yang Telah Kita Persembahkan untuk Allah, Rasul-Nya, dan Agama-Nya?

Allah Subhanahu wa Ta’al berfirman:
وَقُلِ اعْمَلُوا فَسَيَرَى اللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ وَسَتُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
“Dan katakanlah: ‘Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan’.”
Tafsir Ayat
Imam Al-Mujahid berkata: “Ayat ini merupakan janji Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada orang-orang yang menyelisihi perintah-Nya bahwa amalan-amalan mereka akan diperlihatkan kepada Allah, Rasul, dan orang-orang beriman. Ini pasti akan terjadi, dan tidak mustahil pada hari kiamat.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
يَوْمَئِذٍ تُعْرَضُونَ لا تَخْفَى مِنْكُمْ خَافِيَة
“Pada hari itu kamu dihadapkan (kepada Rabbmu), tiada sesuatupun dari keadaanmu yang tersembunyi (bagi Allah).” (QS. Al-Haaqqah: 18)

Memahami Amal Islami
Seluruh teori kesuksesan yang ditulis dan dikembangkan masyarakat modern bermuara pada satu kata, yaitu amal atau kerja. Kerja dan terus kerja tanpa kenal lelah. Never give up (jangan pernah menyerah). Kemudian lahirlah penemuan-penemuan yang spektakuler. Penemuan listrik, atom, nuklir, pesawat terbang, telepon, mobil, dan lain-lain. Seluruh peradaban modern dibangun atas teori ini. Mereka sangat ahli tentang kehidupan dunia. Dan kesuksesan yang mereka kejar juga hanya kesuksesan di dunia. “Mereka Hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai.” (QS. Ar-Ruum: 7)
Islam tidak pernah menafikan seluruh karya positif manusia. Tetapi yang disayangkan adalah ketika mereka lalai dan tidak beriman pada prinsip dan pedoman hidup Al-Qur’an, yang sengaja diturunkan Allah untuk manusia. ‘Katakanlah: “Apakah akan kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?” Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya. Mereka itu orang-orang yang telah kufur terhadap ayat-ayat Tuhan mereka dan (kufur terhadap) perjumpaan dengan Dia, maka hapuslah amalan-amalan mereka, dan Kami tidak mengadakan suatu penilaian bagi (amalan) mereka pada hari kiamat.” (QS. Al-Kahfi: 103-15)
Islam memiliki teori dan konsep kesuksesan yang lebih lengkap dan sempurna. Konsep amal shalih, bukan sekedar kerja, tetapi kerja yang dilandasi keimanan, keikhlasan dan ilmu yang benar. Kerja yang menembus batas-batas kebendaan duniawi, jauh menuju wilayah tanpa batas, orientasi ukhrawi. Oleh karena itu Imam Syafi’i mengomentari kandungan surat Al-Ashr, “Kalau saja Allah hanya menurunkan surat ini, maka cukuplah (untuk dijadikan pedoman bagi manusia).”
Bagi umat Islam yang ingin sukses di dunia dan akhirat, maka mereka harus terus menerus beramal shalih. Apalagi jika diukur dengan batas waktu atau umur yang disediakan Allah sangat terbatas. Sehingga mereka harus memprioritaskan waktunya hanya untuk amal shalih saja. Bahkan amal shalih itu sendiri ada tingkatan-tingkatannya. Dalam hukum Islam dikenal lima macam hukum, yaitu wajib, sunnah, mubah, makruh, dan haram. Sehingga umat Islam harus berupaya keras untuk selalu dalam ruang lingkup wajib dan sunnah saja, minimal mubah, tetapi jangan berlebihan pada yang mubah. Dan ketika jatuh pada batas makruh dan harus, disana masih ada kesempatan bagi umat Islam, yaitu istighfar dan bertaubat. Jangan putus asa!
Dan puncak amal shalih adalah jihad, baik jihad dakwah maupun jihad perang, maka berbahagialah orang-orang beriman yang masuk wilayah ini. Inilah proyek amal islami yang harus menjadi konsens seluruh gerakan Islam, ormas Islam dan lembaga-lembaga keislaman. Ada urutan amal proyek amal islami. Dan amal adalah buah dari ilmu dan keikhlasan. Seperti yang Allah swt. firmankan, “Dan katakanlah: “Bekerjalah kamu, Maka Allah dan rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang Telah kamu kerjakan.” (At-Taubah: 105)
Maraatib Al-‘amal (Grand Desain Proyek Amal Islami)
Ada 7 langkah Grand Desain Proyek Amal Islami yang harus menjadi acuan gerakan Islam, yaitu: Islaahun nafs (reformasi diri), takwiin baitil muslim (membentuk keluarga islami), irsyaadul mujtama (penyadaran masyarakat), tahrirul wathan (memerdekakan negeri), ishlahul hukumah (reformasi pemerintahan), i’aadah al-kiyaan ad-dauli lillummah al-islamiyah (mengembalikan peran umat Islam dalam percaturan internasional), dan ustaadiyatul aalam (menjadi pemimpin dunia).
1. Ishlaahun nafs sehingga menjadi qawiyyul jism (kuat fisik), matiinul khuluq (kokoh akhlaq), mutsaqqaful fikr (cerdas wawasan), qaadiran ‘alal kasam (mampu berusaha), saliimul aqidah (bersih aqidah), shahihul ibadah (benar ibadah), mujaahidan linafsihi (bersungguh-sungguh), hariishan ‘alaa waqtihi (perhatian terhadap waktu), munazhzhaman fii syuunihi (tertib dalam urusan), dan naafi’an lighairihi (bermanfaat untuk orang lain). Ini adalah kewajiban individu setiap anggota.
2. Takwiin baitil muslim dengan cara mengarahkan keluarganya agar menghormati fikrah, menjaga adab Islam dalam kehidupan rumah tangga, baik dalam mencari istri dan melaksanakan hak dan kewajibannya, baik dalam mendidik anak dan khadimah serta membentuk mereka sesuai prinsip-prinsip Islam. Ini juga kewajiban setiap anggota.
3. Irsyaadul Mujtama dengan menyebarkan dakwah kebaikan kepada masyarakat, memerangi kehinaan dan kemungkaran, mendorong kemuliaan, amar ma’ruf dan nahi mungkar, dan berlomba melaksanakan kebaikan, mengarahkan opini umum agar berfihak pada fikrah Islam, dan senantiasa mewarnai kehidupan umum. Ini adalah kewajiban anggota dan jamaah.
4. Tahriirul wathan dengan membersihkannya dari setiap kekuasaan asing-tidak islami- baik politik, ekonomi maupun moral.
5. Ishlaahul hukumah sehingga benar-benar sesuai dengan nilai Islam, dengan demikian pemerintah akan menjalankan fungsinya sebagai pelayan umat dan bekerja untuk kemaslahatannya. Dan pemerintah Islam yaitu dimana anggotanya muslim menjalankan kewajiban Islam tidak terbuka dalam bermaksiat dan menjalankan hukum Islam dan ajarannya.
6. I’aadah al-kiyaan ad-dauli lil ummah al-islamiyah dengan memerdekakan tanah air, mengembalikan kejayaan, mendekatkan budaya dan menyatukan kalimatnya. Semua itu dilakukan sehingga dapat mengembalikan sistem khilafah yang hilang dan kesatuan yang diharapkan.
7. Ustadziyaatul ‘aalam dengan menyebarkan dakwah Islam keseluruh penjuru dunia, “Supaya jangan ada fitnah dan supaya agama itu semata-mata untuk Allah.” (QS. Al-Anfaal: 39). “Dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahayanya.” (QS. At-Taubah: 32)
Memahami Hakikat Perjuangan Islam
Untuk memahami perjuangan Islam, kita haruslah merujuk kepada kandungan suatu hadith Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang diriwayatkan oleh seorang sahabat bernama Suhaib Al-Rumi. Antara isi kandungannya ialah:
1. Bahawa Islam seperti kita fahami itu merupakan suatu perjuangan yang sambung-menyambung dan tali-menali dari segi perjuangan yang pernah diperjuangkan oleh para anbiya’ dan mursalin, bermula daripada perjuangan Nabi Allah Adam ‘Alaihissalam sampailah kepada perjuangan Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang disambung semula secara terus-menerus oleh sahabat, tabi’in dan orang-orang yang datang selepas mereka hingga ke hari ini dan hari-hari yang akan datang.
2. Perjuangan ini sering berhadapan dengan golongan yang berkuasa di dalam masyarakat terutamanya para pemerintah yang tidak berdasarkan kepada Islam dan sekaligus menjadi penghalang kepada kerja-kerja Islam. Hal ini boleh dilihat dengan jelas bila kita mengingati perjuangan Nabi Ibrahim AS yang ditentang oleh Namrud, Nabi Musa AS ditentang oleh Firaun dan lain-lain. Mereka bukan sahaja menjadi penghalang tetapi juga berusaha sedaya upaya untuk mempertahankan dasar pemrintahannya. Sehingga walaupun para pemimpin yang ada itu pergi, mereka tetap mahu melihat bahawa dsar pemerintahannya itu terus wujud dan kekal.
3. Untuk menjamin sistem pemerintahan yang mereka anuti itu kekal, bermacam-macam usaha yang mereka lakukan. Antaranya mengadakan pasukan pertahanan yang kuat, pasukan keselamatan yang rapi, sistem pendidikan dan pembelajaran bermatlamat, para petugas dan pegawai yang terlatih, kepimpinan masyarakat yang berkeyakinan, sumber ekonomi yang terjamin dan sebagainya.
4. Pertentangan antara pejuang Islam dengan pihak yang berkuasa di dalam sesuatu masyarakar itu bukan disebabkan oleh hal-hal yang berkaitan dengan peribadi tetapi merupakan pertembungan aqidah dan dasar. Hal ini jelad apabila kita mengingati kembali hubungan di antara Nabi Musa ‘Alaihissalam dan Firaun sebelum menjadi Nabi dan selepas diutus menjadi Rasul, hubungan Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dengan para pemimpin dan masyarakat Quraisy. Sebelum diangkat menjadi nabi, baginda disanjung tinggi oleh masyarakat Quraisy sehingga digelar al-Amin. Hal ini berubah apabila baginda diisytiharkan menjadi nabi. Gelaran tersebut bertukar menjadi ahli sihir, gila, pendusta dan lain-lain.
Wallahu A’lamu bish Shawab

Reference:
1. Tafsir Ibnu Katsir, Imam Ibnu Katsir
2. Tafsir Ath-Thabari, Imam Ath-Thabari.
3. Karakteristik Amal Islami, http://www.dakwatuna.com
4. Dan lain-lain.

3 responses to “Apa yang Telah Kita Persembahkan untuk Allah, Rasul-Nya, dan Agama-Nya?

  1. Ada sebagian orang hanya mempunyai satu aspek bidang yg.ditekuni,dan ini bisa mengantarkan apa2 dan bisa dikatakan sukses. Di sisi lain ada individu yg.bersemangat menguasai banyak bidang,tetapi kok belum menampakkan hasil..》

  2. Bukti keadilan Alloh. Seorang alim,yg.diberikan ilmu oleh Alloh,terkadang ucapannya kurang bisa dipahami oleh banyak orang. Dilain hal,ada beberapa orang yg.kurang alim,namun ucapannya mudah dipahami banyak orang.

  3. Terimakasih atas Informasi nya..,
    assallammu alaikum wr.wb

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.