Monthly Archives: Februari 2009

Sikap Kita Terhadap Masalah Palestina

1039011243_990d764ad7_dProlog

Kekejaman Yahudi Zionist kembali dipertontonkan oleh Israel kepada dunia. Tanpa belas kasihan mereka memborbardir kaum muslimin Gaza, siang dan malam, dari daratan, lautan, dan udara. Lebih seribu orang yang meninggal dunia, termasuk wanita dan anak-anak, ribuan luka-luka, kerugian materi tidak usah ditanya. Bagaimana tanggapan dunia? Dunia Arab melempem, padahal kekuatan dunia Arab jauh lebih besar dibandingkan Israel yang tidak punya apa-apa. Tetapi seakan-akan tidak berdaya. Lantas ada apa dengan Israel? Benarkah mereka sangat kuat? Atau hanya mitos belaka.

Sejarah Pendudukan Yahudi di Palestina

Sebelumnya mereka adalah bangsa yang terlunta-lunta tanpa tempat tinggal. Tak satu pun bangsa lain di dunia ini yang rela ditumpangi karena khawatir prilaku licik mereka yang selalu kelewatan. Kelicikan ini didukung pula oleh kecerdasannya yang konon memang lumayan. Akibat tersohornya kelicikan ini sampai-sampai bangsa Jerman sempat berhasrat untuk melenyapkan mereka dari muka bumi.

Yahudi. Ya merekalah si Yahudi itu.

Lalu entah darimana tiba-tiba mereka teringat dengan [konon] tanah para leluhurnya yang dulu-dulu sekali itu (yaitu daerah palestina plus sekitarnya sekarang). Opininya adalah tanah itu merupakan tanah nenek moyang yang mereka akui dari keturunan Nabi Musa ‘Alaihissalam dulu. Duh, padahal kita tahu ajaran Nabi Musa sendiri mereka khianati.

Lalu dirancanglah skenario itu.

Dengan dibantu oleh bangsa-bangsa lain yang ketakutan tanahnya sendiri direbut oleh si Yahudi ini maka strategi licik itu dimulai. Mulanya sempat tanah yang ditentukan itu adalah dataran Brazil sekarang, Argentina dan Uganda  dan sampai akhirnya mereka memutuskan daerah Palestina saja. Apalagi mereka bisa menggunakan alasan historis dan kitab suci untuk merebut daerah Palestina plus-plus tersebut.

Penguasa di Palestina saat itu pada mulanya sangat kuat dan konsisten dalam mempertahankan tanahnya sendiri. Jangankan di jual sejengkal, untuk ditumpangi sekejap saja pun tidak digubris setiap si Yahudi atau calo-calonya mencoba mencari simpati di awal skenario tadi.

Tapi apa akhirnya …

Yah begitulah… mereka memang licik bersama dengan kecerdikannya.

Sebagian dari bangsa palestina dan arab lain pada waktu itu ada juga yang lengah, apalagi saat kolonial Inggris berhasil menjajah. Pada mulanya istilah numpang. “Bolehkah kami numpang di daerahmu ini sebentaa…aar aja, masalahnya kami dimana-mana diusir dan dipencilkan oleh bangsa lain, apa kalian tidak kasihan dengan kami ?” Katakanlah pada mulanya mereka diberi tumpangan atas dasar belas kasihan. Lama kelamaan mereka bisa membeli, di waktu berikutnya merebut, dan sekarang mereka merasa memiliki. “Ini tanah kami lho“, katanya. “Tuhan memang menghadiahkannya untuk kami“.

Lalu pelan-pelan mereka terus mengatur siasat untuk dapat mengusir sang tuan rumah dari tanahnya sendiri.

Sedari dahulu bangsa Yahudi ini memang begitu. Mereka seperti ditakdirkan untuk menjadi ujian bagi manusia lain di kehidupan ini. Mereka berkali-kali mencoba membunuh para Rasul Allah (seperti kasus Nabi Isa ‘Alahissalam), mengobrak-abrik ajaran para utusan-Nya itu dan selalu menindas manusia lain saat diberi kekuasaan (kekuatan) sedikit saja.

Begitulah seperti halnya yang kita saksikan akhir-akhir ini.

Allah seperti memberi kesempatan pada kita untuk menyaksikan dan membuktikan akan kebejatan mereka setelah ada sebagian dari saudara-saudara kita yang tertipu. Tertipu dengan alasan-alasan kemanusiaannya (humanisme), tertipu dengan alasan kesamaannya (pluralisme) dan tertipu dengan logika pemaksaan pembenaran (apologis) yang dirancangnya.

Sebagian memang ada bangsa Yahudi ini yang baik, yang tersadar dari fitrahnya, seperti halnya di zaman Rasulullah terdapat sejumlah yahudi yang menjadi muslim.

Tapi Yahudi-Israel yang kita saksikan saat ini benar-benar telah membukakan mata kita sendiri bahwa mereka memang musuh kita yang benar-benar nyata. Baca lebih lanjut

Hujan : Nikmat Atau Adzab?

banjir4Prolog

Musim hujan telah tiba, menurut sebagian orang jawa bulan nopember dan desember diyakini sebagai bulan hujan, karena diperkirakan pada bulan-bulan ini tingkat curah hujan sangat tinggi, bahkan saking lebatnya akan meluber ke mana-mana, kira-kira demikianlah pendapat sebagian orang muslim khususnya di kota Solo dan sekitarnya.

Hujan adalah salah satu dari sekian banyak nikmat Allah SWT yang diberikan-Nya kepada hamba-hamba-Nya, baik yang beriman maupun yang ingkar kepada-Nya.

Namun, hujan yang merupakan nikmat juga bisa berubah menjadi azab bila Allah SWT menghendakinya, tinggal lagi bagaimana kita mensikapi hujan apabila datang, apa yang harus kita perbuat, dan apa tuntunan Rasulullah SAW bagi umatnya bila hujan tiba?

Adab-adab Ketika Turun Hujan

1. Turunnya hujan, salah satu waktu terkabulkannya doa

Ibnu Qudamah dalam Al Mughni, 4/342 mengatakan, “Dianjurkan untuk berdo’a ketika turunnya hujan, sebagaimana diriwayatkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Carilah do’a yang mustajab pada tiga keadaan: [1] Bertemunya dua pasukan, [2] Menjelang shalat dilaksanakan, dan [3] Saat turunnya hujan.” (Dikeluarkan oleh Imam Syafi’i dalam Al-Umm dan Al Baihaqi dalam Al Ma’rifah dari Makhul secara mursal. Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani, lihat hadits no. 1026 pada Shahihul Jami’).

2. Mensyukuri nikmat turunnya hujan

Apabila Allah memberi nikmat dengan diturunkannya hujan, dianjurkan bagi seorang muslim untuk membaca do’a :

اللهُمَّ صَيِّباً نَافِعاً

“Ya Allah, turunkanlah hujan yang bermanfaat.”

Itulah yang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ucapkan ketika melihat hujan turun. Hal ini berdasarkan hadits dari Ummul Mukminin, Aisyah radhiyallahu ‘anha, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tatkala melihat hujan turun, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengucapkan ‘Allahumma shayyiban nafi’an’. (HR. Bukhari, Ahmad, dan An Nasai). Yang dimaksud shoyyiban adalah hujan. (Lihat Al Jami’ Liahkamish Sholah, 3/113, Maktabah Syamilah dan Zaadul Ma’ad, I/439, Maktabah Syamilah). Baca lebih lanjut

Fatwa Haram Golput Untuk Siapa? (Sikap Bijaksana Terhadap Fatwa MUI)

mprselamat01

Majelis Ulama Indonesia (MUI) melalui sidang yang dilakukan di Padang Panjang telah memutuskan bahwa kaum muslimin yang tidak memilih pada Pemilu akan datang, padahal ada calon-calon legislatif (capres dan cawapres) yang memenuhi kriteria-kriteria yang telah ditetapkan oleh Islam maka hukumnya adalah haram.

Fatwa ini menjadi “HOT NEWS” dalam bulan ini, apalagi media massa dan cetak membuat judul berita mereka dengan “FATWA HARAM GOLPUT”, apa tujuannya? Sudah pasti, uang dan omzet miliyaran bahkan mungkin trilyunan rupiah. Ironisnya, tidak sedikit kaum muslimin yang ‘simpatisan atau anggota’ sebuah partai politik tertentu menjadikan ‘FATWA’ ini sebagai ‘DALIL QATH’I’ untuk menekan dan menyerang kaum muslimin yang selama ini tidak menggunakan hak pilihnya. Bahkan menuduh mereka dengan berbagai macam tuduhan dan fitnah. Dan menjadikan ‘FATWA’ ini senjata pamungkas akan kebolehan demokrasi dan masuk ke dalam majelis-majelis parlemen. Baca lebih lanjut