Tag Archives: muslim

Gempa Mengantarkan Aku Syahid!

Muqaddimah

Indonesia kembali diguncang gempa. Tepatnya pada tanggal 30 September yang lalu, pukul 17.16 WIB, gempa bumi berkekuatan 7,6 SR mengguncang Sumatera Barat dan sekitarnya. Ribuan nyawa melayang, ratusan ribu rumah dan bangunan hancur, dan kerugian mencapai milyaran rupiah. Banyak orang bertanya-tanya, mengapa wilayah kaum muslimin yang diguncang gempa? Mengapa orang-orang Islam yang menjadi korban? Apa salah mereka? Musibah ataukah adzab?

Pertanyaan-pertanyaan tersebut masih menggeluti fikiran sebagian umat Islam. Bahkan pernah suatu kali penulis bertemu dengan seorang jamaah masjid, yang sambil meneteskan air mata bertanya apa dosa kaum muslimin ustadz?

Gempa Bumi Bagi Kaum Muslimin Adalah Musibah Bukan Adzab

Gempa yang mengguncang wilayah-wilayah kaum muslimin adalah musibah dan bukan adzab. Karena di dalam Islam seorang muslim yang meninggal disebabkan reruntuhan adalah syahid.

Imam Al-Bukhari dalam Kitab Shahihnya meriwayatkan dari shahabat Abu Hurairah –radhiyallahu ‘anhu- bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

“Orang yang mati syahid ada lima. Orang yang meninggal dunia karena wabah tha’un (kusta) adalah syahid, orang yang meninggal dunia sakit perut adalah syahid, orang yang meninggal dunia karena tenggelam adalah syahid, orang yang meninggal dunia karena tertimpa reruntuhan adalah syahid, dan orang yang meninggal dunia karena jihad fisabilillah adalah syahid.” (HR. Al-Bukhari, no. 2674).

Para ulama memberi komentar atas hadits ini bahwa mereka yang wafat oleh sebab-sebab di atas, akan mendapatkan balasan yang sama dengan orang-orang yang berjihad dan wafat di jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala di akhirat.

Syaikh Muqbil Al-Wadi’i –hafizhahullahu Ta’ala- berkata, “Karenanya (berdasarkan hadits di atas) orang yang meninggal dunia karena tertimpa reruntuhan (bangunan/tanah) disebabkan gempa, tanah longsor, atau yang lainnya menjadi syahid di jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala, baik dewasa atau anak kecil, laki-laki ataupun wanita.

Kaum muslimin yang shalih dan anak-anak mereka, terkena musibah karena akibat dosa yang dilakukan oleh selain mereka, sebagaimana firman Allah:

“Dan peliharalah dirimu dari siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zhalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah, bahwa Allah amat keras siksaan-Nya.” (QS. Al-Anfal: 25).

Imam Al-Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan dalam kitab Shahih keduanya dari Aisyah –radhiallahu ‘anha- ia mengatakan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

“Sekelompok pasukan perang ingin menyerang Ka’bah. Hingga ketika mereka berada di tempat yang bernama Al-Baida’ dari bumi ini mereka ditenggelamkan ke dalam perut bumi awal hingga akhirnya (semuanya, termasuk yang tidak ikut sekalipun). Kemudian mereka akan dibangkitnya sesuai dengan niat-niat mereka.”

Demikian pula gempa menjadi cobaan bagi keluarga yang meninggal karena reruntuhan itu, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

“Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah, (bahwa mereka itu) mati; bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya. Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, ‘Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun’. Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Rabb mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. Al-Baqarah: 153-157)

Beberapa Hukum Berkaitan Dengan Gempa Bumi

1. Korban yang meninggal dunia disebabkan tertimpa reruntuhan tetap wajib untuk dimandikan, dikafani, dishalatkan, dan dikuburkan. Karena, orang-orang yang mati syahid di medan peperanganlah yang tidak dimandikan, dikafani, dan dishalatkan.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Kafanilah mereka (yang mati syahid di medan peperangan) dengan pakaian-pakaian perang mereka.”

Dalam riwayat lain, “Dengan darah-darah mereka.” (HR. An-Nasa’I, Ahmad, dan Al-Baihaqi).

Inilah pendapat jumhur ulama. Adapun mereka yang syahid pada selain medan peperangan, maka mereka tetap dimandikan, dikafani, dishalatkan, dan dikuburkan.

2. Segera memberikan bantuan dan pertolongan kepada korban yang selamat dan yang meninggal dunia.

Begitu pula ketika terjadi musibah semacam itu, dianjurkan bagi kaum muslimin untuk menyayangi fakir miskin dan memberi sedekah kepada mereka.

Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Sayangilah (saudara kalian), maka kalian akan disayangi.” (HR. Ahmad)

Juga sabda beliau, “Orang yang menebar kasih sayang akan disayang oleh Allah Yang Maha Penyayang. Sayangilah yang di muka bumi, kalian pasti akan disayangi oleh Allah yang berada di atas langit” (HR. At-Tirmidzi)

Belia juga bersabda, “Orang yang tidak memiliki kasih sayang, pasti tidak akan disayang.” (HR. Al-Bukhari)

Diriwayatkan dari ‘Umar bin Abdul Aziz –rahimahullah- bahwasanya saat terjadi gempa, beliau menulis surat kepada pemerintahan daerah bawahannya agar memperbanyak shadaqah.

Wallahu A’lamu bish Shawab.

Mengapa Masih Banyak Wanita Muslimah Yang Belum Berjilbab?

Seorang muslimah, diperintahkan untuk menutup auratnya ketika keluar rumah, yaitu dengan mengenakan pakaian syar’i yang dikenal dengan jilbab atau hijab. Namun dalam kenyataan masih banyak di antara para muslimah yang belum mau memakainya. Ada yang dilarang oleh orang tuanya, ada yang beralasan belum waktunya atau nanti setelah pergi haji dan segudang alasan yang lain. Nah apa jawaban untuk mereka?

1. Saya Belum Bisa Menerima Hijab

Untuk ukhti yang belum bisa menerima hijab maka perlu kita tanyakan, “Bukankah ukhti sungguh-sungguh dan yakin dalam memeluk Islam, dan bukankah ukhti telah mengucapkan la ilaha illallah Muhammad rasulullah dengan yakin? Yang berarti menerima apa saja yang diperintahkan Allah Subhannahu wa Ta’ala dan Rasulullah? Jika ya maka sesungguhnya hijab adalah salah satu syari’at Islam yang harus dilaksanakan oleh para muslimah. Allah Subhannahu wa Ta’ala telah memerintah kan para mukminah untuk memakai hijab dan demikian pula Rassulullah Shalallaahu alaihi wasalam memerintahkan itu. Jika anda beriman kepada Allah Subhannahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya, maka anda tentu akan dengan senang hati memakai hijab itu.

2. Saya Menerima Hijab, Namun Orang Tua Melarang.

Kalau saya tidak taat kepada orang tua, saya bisa masuk neraka. Kepada saudariku kita beritahukan bahwa memang benar orang tua memiliki kedudukan yang tinggi dan mulia, dan kita diperintahkan untuk berbakti kepada mereka. Namun taat kepada orang tua dibolehkan dalam hal yang tidak mengandung maksiat kepada Allah Subhannahu wa Ta’ala , sebagaimana dalam firman-Nya, artinya,

“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya,” (QS. Luqman:15).

Meskipun demikian kita tetap harus berbuat baik kepada kedua orang tua kita selama di dunia ini.

Inti permasalahannya adalah, bagaimana saudari taat kepada orang tua namun bermaksiat kepada Allah Subhannahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya, padahal Allah Subhannahu wa Ta’ala adalah yang menciptakan anda, memberi nikmat, rizki, menghidupkan dan juga yang menciptakan kedua orang tua saudari? Baca lebih lanjut

Nasehat Syaikh Al-Madkhaly Untuk Siapa Saja Yang Menisbahkan Dirinya Kepada Salaf, As-Salafy, Al-Atsary, At-Turatsy, Al-Albany, Ibnu Taimiyyah, Ar-Rabi’i, Al-Yamani, As-Sa’udy, Dan Lain-lain

إن الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره، ونعوذ بالله من شرور أنفسنا، ومن سيئات أعمالنا، من يهده الله فلا مضل له، ومن يضلل فلا هادي له، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله. صلى الله عليه وعلى آله وأصحابه وأتباعه بإحسان إلى يوم الدين.

أما بعد:

Allah ta’ala berfirman :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيداً، يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزاً عَظِيماً

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amal-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar. (Q.S al-ahzab: 70-71)

Ayat ini yang selalu diulang-ulang oleh para khatib, mubalig, penceramah dan pemberi nasehat, orang yang tidak bisa membaca selalu mendengarnya dari mereka, terkandung didalamnya seruan dari Allah Jalla wa‘azza kepada hamba-Nya yang beriman, Ia menyeru mereka dengan sifat mereka yang agung lagi mulia yaitu sifat iman, Allah subhanahu berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيداً

Artinya:  Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kamu kepada Allah, dan katakanlah perkataan yang benar. (QS al-ahzab 70)

Ia menyeru mereka dengan memakai sifat yang mulia yaitu sifat iman, lalu Ia memerintahkan mereka akan suatu urusan yang berat lagi agung yaitu bertaqwa, sesungguhnya taqwa kepada Allah Jalla wa‘ala adalah puncak kebaikan, dan penentu segala urusan. Pintu-pintu kebajikan berbagai macam bentuknya, begitu juga jalan-jalan keburukan bermacam-macam, semua itu terkumpul dalam kata: (bertaqwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar), bertaqwa kepada Allah – sebagaimana yang telah diketahui oleh kebanyakan kalian dan tidak lagi tersembunyi bagi kita semua – ialah melaksanakan ketaatan kepada Allah berdasar cahaya(petunjuk) dari Allah dengan mengharapkan pahala dari-Nya, dan takut dari azab-Nya, dan juga meninggalkan maksiat yang dilarang oleh Allah mengarapkan pahala dengan meninggalkannya, dan takut akan azab bila melakukannya, melanggar dan mengerjakan apa-apa yang diharamkan oleh Allah. Baca lebih lanjut