Tag Archives: PKS

Shalat Wahai Para Pemimpin

Muqadimah

Masalah kepemimpinan, merupakan sebuah tema yang tidak pernah sepi dari perbincangan khususnya di Indonesia. Islam sebagai satu-satunya ad-dien yang haq telah memiliki konsep-konsep kepemimpinan yang mulia. Dan masalah kepemimpinan merupakan perkara penting yang sangat diperhatikan oleh Islam. Karenanya, Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menyebutkan pada banyak ayat di dalam Al-Qur’an yang berkaitan dengan masalah kepemimpinan, bahkan ada satu surat khusus yang diturunkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala tentang dasar-dasar dan konsep kepemimpinan yaitu Surat Asy-Syura. Begitu pula Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, telah menyebutkan banyak hadits yang berkaitan dengan masalah kepemimpinan. Dan buku-buku para ulama’ baik yang dulu (tursats) maupun sekarang (mu’ashir) tidak pernah lepas dari tema-tema kepemimpinan, bahkan para fuqaha’ dan ahli hadits menulis satu bab tersendiri dalam kitab-kitab mereka dengan judul “Kitabul Imamah”. Ini menunjukkan pentingnya masalah kepemimpinan, dan besarnya kedudukannya di dalam Islam. Di antara karya-karya besar para ulama’ Islam berkaitan dengan masalah kepemimpinan, yang terus dikaji oleh para penuntut ilmu baik di Timur maupun di Barat adalah :

a)      Al-Muqaddimah yang ditulis oleh Imam Ibnu Khaldun –rahimahullahu Ta’ala-.

b)      Al-Ahkam As-Sulthaniyyah yang ditulis Imam Abu Ya’la Al-Hanbali –rahimahullahu Ta’ala-.

c)      Kitab Al-Ahkam As-Sulthaniyyah wal Wilayat Ad-Diniyyah yang ditulis oleh Imam Al-Mawardi –rahimahullahu Ta’ala-.

d)     As-Siyasah Asy-Syar’iyyah yang ditulis oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah –rahimahullahu Ta’ala-

Dan masih banyak sederet kitab-kitab lainnya yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu dalam tulisan ini.

Kemudian, di antara perkara penting yang sangat diperhatikan oleh Islam berkaitan dengan masalah kepemimpinan adalah perkara shalat. Hari ini banyak kaum muslimin yang jahil terhadap perkara ini. Mereka mengangkat para pemimpin-pemimpin yang banyak harta dan kekayaannya padahal mereka adalah orang-orang yang tidak shalat, bahkan tidak sedikit kaum muslimin yang telah diberi amanah oleh Allah untuk menjadi pemimpin mereka meninggalkan shalat, meremehkan waktunya, dan tidak perhatian terhadapnya. Dan tidak jarang, ada di antara mereka yang melarang anak-anak, para pemuda dan masyarakat mereka untuk menjauhi masjid, meninggalkan masjid, dan tidak berinteraksi dengan kegiatan-kegiatan masjid yang salah satunya adalah shalat jama’ah, karena issu terorisme dan fundamentalisme. Maka tidak sedikit para intel (jasus) yang harus mengubah penampilan mereka, dengan berjenggot, berjubah, bercelana tidak itsbal, kemana-mana membawa Al-Qur’an, dalam rangka memata-matai kaum muslimin dan kegiatan-kegiatan mereka. Bahkan buku-buku yang dibaca dan dipelajari oleh kaum muslimin, serta kitab-kitab pegangan taklim pun tidak lepas dari intaian mata-mata (beracun) mereka. Sebagai penggantinya mereka membangun pusat-pusat perbelanjaan, pusat-pusat hiburan, pusat-pusat olah raga, dan pusat-pusat pertemuan lainnya, untuk menjauhkan kaum muslimin dari masjid-masjid mereka dan mendekatkan mereka kepada kemaksiatan dan kehinaan, wal’iyadzu billah. Baca lebih lanjut

Mengukur Kemenangan Islam : Kwantitas atau Kwalitas?

Sebuah kemenangan di hadapan Demokrasi diukur dengan kwantitas, siapapun yang minoritas sekalipun kwalitasnya baik tidak akan pernah menang menurut kacamata dan ideologi Demokrasi. Karenanya, siapapun yang berjuang dengan sistem demokrasi di negara manapun mereka berada tak terkecuali di Indonesia, mereka pasti berjuang mati-matian, menggunakan segala cara dan taktik untuk mendulang dan memenuhi kwantitas tersebut. Dengan kwantitas yang banyak, mereka menakut-nakuti kelompok yang minoritas dan kecil, karena mereka merasa kuat, tangguh, dan berada di atas segalanya.

Inilah taktik dan sistem orang-orang kafir dan munafikin yang dijelaskan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala di dalam Al-Qur’an :

“Keadaan kamu Hai orang-orang munafik dan musyrikin) adalah seperti Keadaan orang-orang sebelum kamu, mereka lebih kuat daripada kamu, dan lebih banyak harta dan anak-anaknya dari kamu. Maka mereka telah menikmati bagian mereka, dan kamu telah menikmati bagian kamu sebagaimana orang-orang yang sebelummu menikmati bagiannya, dan kamu mempercakapkan (hal yang batil) sebagaimana mereka mempercakapkannya. mereka itu amalannya menjadi sia-sia di dunia dan di akhirat; dan mereka Itulah orang-orang yang merugi.” (QS. At-Taubah : 69) Baca lebih lanjut

50 Dosa dan Kerusakan Demokrasi, Pemilu, dan Partai

LIMA PULUH DOSA DAN KERUSAKAN

Demokrasi, Pemilu, dan Partai

Oleh : Syaikh Abdul Majid bin Mahmud Ar-Raimy hafizhahullahu Ta’ala

Dengan memohon taufiq kepada Allah, kami berusaha memaparkan beberapa indikasi destruktif (kerusakan) demokrasi, pemilihan umum dan berpartai:

1. Demokrasi dan hal-hal yang berkaitan dengannya berupa partai-partai dan pemilihan umum merupakan manhaj jahiliyah yang bertentangan dengan Islam, maka tidak mungkin sistem ini dipadukan dengan Islam karena Islam adalah cahaya sedangkan demokrasi adalah kegelapan.

“Dan tidaklah sama orang yang buta dengan orang yang melihat dan tidak (pula) kegelapan dengan cahaya.” (Surat Faathir:19-20)

Islam adalah hidayah dan petunjuk sedangkan demokrasi adalah penyimpangan dan kesesatan.

“Sungguh telas jelas petunjuk daripada kesesatan.” (Surat Al-Baqarah: 256)

Islam adalah manhaj rabbani yang bersumber dari langit sedangkan demokrasi adalah produk buatan manusia dari bumi. Sangat jauh perbedaan antara keduanya.

2. Terjun ke dalam kancah demokrasi mengandung unsur ketaatan kepada orang-orang kafir baik itu orang Yahudi, Nasrani atau yang lainnya, padahal kita telah dilarang untuk menaati mereka dan diperintahkan untuk menyelisihi mereka, sebagaimana hal ini telah diketahui secara lugas dan gamblang dalam dien.

Allah Ta’ala berfirman:

“Wahai orang-orang yang beriman jika kalian menaati sekelompok orang-orang yang diberi Al-Kitab, niscaya mereka akan mengembalikan kamu menjadi orang kafir setelah kamu beriman.” (Surat Ali ‘Imran: 100)

“Karena itu janganlah kamu mengikuti orang-orang kafir, dan berjihadlah terhadap mereka dengan Al-Quran dengan jihad yang besar.” (Surat Al-Furqaan: 52)

“Dan janganlah kamu menaati orang-orang yang kafir dan orang-orang munafik itu, janganlah kamu hiraukan gangguan mereka dan bertawakkallah kepada Allah. Dan cukuplah Allah  sebagai pelindung(mu).” (Surat Al-Ahzaab: 48)

Dan ayat-ayat yang senada dengan ini sangat banyak dan telah menjadi maklum. Baca lebih lanjut

Selamat ‘Bertempur” Wahai Calon “Pendekar-Pendekar” Parlemen

Beberapa kesalahan dan ketergelinciran tidak langsung setelah menjadi anggota parlemen dan melaksanakan tugas sebagai anggota lembaga penetap undang-undang

Ada beberapa kesalahan tidak langsung dari kegiatan parlemen demokrasi, yang paling penting adalah ;

Pertama. Mengkaburkan pemahaman dan makna syahadat tauhid laa ilaaha illa Allahu “ di benak dan kehidupan kaum muslimin.

Laa ilaaha illa Allah maknanya adalah tidak ada yang berhak diibadahi di alam raya ini selain Allah ta’ala, juga berarti kufur kepada thaghut dan penghacnuran terhadap segenap berhala dan paganisme —apapun bentuk dan jenisnya—yang diibadahi selain Allah Ta’ala. Keimanan seseorang tidak akan sah dan amalannya tidak akan diterima kecuali setelah ia merealisasikan syarat kufur kepada thaghut dan melaksanakan syahadat tauhid dengan pemahaman di atas, baik secara keyakinan, ucapan maupun perbuatan.

Namun, demokrasi justru menanamkan hal yang sebaliknya dalam benak dan realita kehidupan masyarakat. Demokrasi menetapkan uluhiyah (hak untuk diibadahi) untuk makhluk, peribadahan makhluk kepada makhluk, menetapkan banyak tuhan yang diibadahi selain Allah Ta’ala, dan juga menetapkan keabsahan dan kebebasan adanya banyak tuhan yang diibadahi selain Allah Ta’ala.

Bagaimana seseorang yang hidup di dalam realita kehidupan yang saling bertabrakan seperti ini, harus mengumpulkan antara kewajiban bertauhid dengan demokrasi yang memaksa dirinya untuk —minimal — mengakui keabsahan dan kebebasan adanya banyak tuhan-tuhan palsu yang diibadahi selain Allah Ta’ala ?[1]

Ini jelas pengkaburan terhadap hakekat agama ini, terlebih lagi ketika ide perjuangan lewat demokrasi tersebut dilontarkan oleh para syaikh dan da’i. Pada saat itu, anda tidak perlu bertanya lagi seberapa parahnya kerusakan yang akan menimpa agama dan akidah umat Islam !!!

Di antara bentuk pengkaburan keji yang disengaja ini adalah apa yang dilakukan oleh banyak pemerintahan keji dan hina yang melakukan usaha-usaha pengkaburan akidah rakyat secara sistematis, dengan menanamkan dan mewajibkan demokrasi kepada rakyat, bukan karena pemerintah komitmen dan mencintai demokrasi, melainkan demi menarik dukungan dan bantuan finansial dari negara-negara salibis Barat yang mensyaratkan kehidupan berdemokrasi bagi negara yang membutuhan bantuan !!!!

Para thaghut yang dzalim ini mengingatkan kita dengan para orang tua yang dzalim, yang menampakkan anaknya dalam keadaan compang camping demi mendapatkan sedekah dari masyarakat.

Walau bagaimanapun, mengkaburkan akidah dan pengetahuan umat Islam demi meraih bantuan finansial dari negara-negara salibis Barat, tentu jauh lebih keji dan berdosa dari menampakkan anak-anak dalam kondisi compang camping dengan tujuan mendapatkan belas kasihan dan sedekah dari masyarakat. Baca lebih lanjut

PKS ‘Khianati’ Umat Islam (benarkah?)

hidayat-indiaSungguh aneh negeri ini…ketika kaum muslimin berupaya dengan keras, dan berjuang sekuat tenaganya untuk membubarkan ahmadiyah, yang telah menodai agama Islam, menghina Nabinya Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, dan menganggap kafir kaum muslimin yang tidak beriman dan mengakui mirza ghulam ahmad sebagai nabi, sebuah partai yang menisbahkan dirinya sebagai partai Islam dan visi serta misinya adalah Islam justru memberi penghargaan kepada tokoh-tokoh yang jelas-jelas menjadi pendukung dan pelindung AKKBB dan Ahmadiyah. Siapakah partai tersebut?

Inilah diantara tokoh Liberal (JIL = Jaringan Iblis Laknatullah), AKKBB dan Pendukung Ahmadiyah yang dinobatkan oleh PKS sebagai pemimpin masa depan yang ideal dan mendapatkan penghargaan (award).

1. Eep Saefulloh (pengamat politik)

2. Anies Baswedan (Rektor Universitas Paramadina)

3. Budiman Sujatmiko (Partai Rakyat Demokratik)

4. Usman Hamid (Ketua Kontras)

5. Fajroel Rachman

Kelima tokoh ini adalah pendukung AKKBB yang mati-matian membela Ahmadiyah. Tapi justru PKS memberikan penghargaan kepada mereka.

Apakah demi Dunia? Mereka berani melakukannya?

Apakah demi Uang? Mereka tidak takut dengan hukum Allah?

Apakah demi SUARA? Mereka menghalalkan segala cara?

Wallahu A’lamu bis Shawab

Yang jelas, inilah pernyataan Ketua Bidang Kaderisasi Forum Umat Islam (FUI) H.M Mursalin, “Pemberian award kepada mereka itu telah mengkhianati perjuangan umat Islam dalam upaya penegakan syari’ah dan tuntutan pembubaran Ahmadiyah.”

Ahmad Sumargono mantan Anggota DPR dari Partai Bulan Bintang mengatakan, “Tampaknya PKS sedang keblinger.”

Ya, tampaknya PKS ingin melepaskan identitas Islamnya untuk meraih dukungan pemilih awam yang belum jelas justrungannya. Wallahu A’lam.

(Disari dari : Suara Islam, Edisi 56, 5-19 Des 2008)